Kaset itu punya cover berjudul “Rabab Pesisir Selatan, Kejadian Muaro Padang”. Cerita yang dilagukan dalam isi kaset tentang “Kawin Tapaso” dalam tiga seri. Mendengar gesekan rabab yang dipadu dengan nada pelantunnya, membuat hati berdesir. Meski dinyanyikan dalam bahasa minang, namun kelak kelok percampuran vokal dan rabab sarat pesan yang menyayat.
Tak seindah bungkus kasetnya, Erman (48), pelantun lagu itu meniti hidupnya di atas jalan seni Minang yang berlahan dilupakan orang. Untuk menemukan lelaki yang pernah menjuarai Rabab Pesisir Selatan ini cukup mudah. Saban hari, Ia menunjukkan kebolehannya di depan pintu masuk Restoran Padang Pak Datuk di Padangpanjang. Bagi para pengunjung rumah makan, besutan rabab Erman menambah suasana restoran makin khas rasa minangnya.
Menghidupi enam anak dan tiga cucu, Erman mengandalkan keahliannya bermain rabab. Sejak kecil, seni Minangkabau yang selalu mengiringi acara pernikahan itu dikuasai Erman dengan baik. Menempuh pendidikan hingga sekolah dasar membuatnya ambil keputusan menjaga budaya leluhur Minagkabau. Sejak itu ia mulai dikenal orang sebagai pemain Rabab Pesisir Selatan dari Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Dari keahliannya bermain rabab, Erman diundang dari panggung ke panggung. Mulai dari pentas perkawinan, upacara adat, hingga acara kenegaraan. Pada 1992, Erman memulai babak baru masuk dapur rekaman. Pertemuannya dengan seorang pegawai bea cukai di Tanjung Priok membawa Erman dikenal masyarakat Sumbar secara luas. Kaset Rabab Pesisir Selatan bergambar dirinya pun mudah ditemui di toko-toko kaset.
Dari tiga seri kaset rekamannya lelaki kelahiran Pesisir Selatan itu memperoleh royalti Rp 3 juta. Selain itu, ia mengaku masih memperoleh royalti 25 persen dari penjualan tiap satu kaset. Erman, tenarlah kini. Tak hanya di Sumatera Barat, beberapa kali Erman juga pentas di Taman Mini Jakarta. Meski begitu, Erman seakan hendak menyisipkan pesan dalam kesehariannya. Ia ingin menikmati seni ini dengan hati dan perasaan. Tidak menjadikannya sarana mengeruk materi semata.
Sebelum menggelar rabab di emperan rumah makan, Erman menggantungkan nafkah dari undangan. Puncak job biasanya di musim-musim pernikahan. Di luar musim itu, Erman menunggu jika ada acara adat atau undangan untuk menghibur pejabat.
“Alhamdulillah, pemilik restoran ini mengijinkan saya pentas tiap hari di sini. Hasilnya lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Biasanya mereka yang makan di sini keluar langsung ngasih. Kalau bapak ingin ngundang saya ini nomor hpnya”, kata Erman sembari menyebut 081374502317.
Duduk bersimpuh dari pagi hingga petang di emperan rumah makan tak menjatuhkan gengsi. Selain mencari lahan nafkah yang halal, Erman hendak berdiri sebagai salah satu penjaga kelestarian seni Minangkabau. Budaya seni modern yang tak dapat ditolak membaur dengan seni tradisional membuat generasi muda enggan belajar seni rabab misalnya.
1 comment:
Aslkm...ingat kampung
salam kenal mas
Post a Comment