Satu pekan mengurus visa di Kedutaan Myanmar di Bangkok, hasilnya nihil. Telepon ke Jakarta, pengajuan visa yang melalui kedutaan Myanmar di Jakarta juga belum dikabulkan. Sementara, telepon dari Rangon terus meminta kami bisa hadir di lokasi.
Karena masih tertutupnya akses untuk mengirimkan bantuan secara terbuka ke Myanmar, saya yang memikul tugas Dompet Dhuafa Republika, mengambil jalan tikus kedua kalinya. Kami menyelundupkan bantuan seperti mengirim paket narkotika. Melalui jasa penitipan gelap. Tim relawan kami di Thailand dan Myanmar, mendistribusikan bantuan dengan cara yang rumit.
Berikut saya kutip penggalan kisah dari misi kemanusiaan ini. Sebagaimana ditulis detik.com.
Koordinator Relawan DD di Thailand, Lu Lu Sern menyatakan, sejak mulai mendistribusikan bantuan pada awal pekan lalu, hingga saat ini bantuan yang sudah diterima para korban meliputi tenda plastik, logistik berupa makanan dan obat, pakaian wanita, sarung serta uang tunai.
Koordinator Relawan DD di Thailand, Lu Lu Sern menyatakan, sejak mulai mendistribusikan bantuan pada awal pekan lalu, hingga saat ini bantuan yang sudah diterima para korban meliputi tenda plastik, logistik berupa makanan dan obat, pakaian wanita, sarung serta uang tunai.
“Mereka terharu dapat bantuan masyarakat Indonesia, dan berharap bantuan itu terus dapat dikirim, sebab sebagian mereka tidak kuat menunggu berhari hari, kadang di bawah hujan hanya untuk mendapatkan bantuan makanan,” kata Sern, kepada detikcom, Senin (2/6/2008) di Mae Sot, kota kecil di Thailand yang perbatasan langsung dengan Myanmar.
Sern menyatakan, barang-barang bantuan yang didistribusikan itu dibeli di sekitar Kota Rangon. Mereka tidak bisa membawa logistik, semacam tenda yang lebih, atau alat memasak dan pemurni air. Sebab jika dibawa dari Thailand, pemeriksaan sangat ketat di perbatasan dan di sepanjang jalan menuju penampungan para korban.
“Sementara izin masuk secara resmi belum kita peroleh. Kami mengirim bantuan masyarakat Indonesia secara sembunyi. Tentu dengan perasaan khawatir,” kata Sern yang berkewarganegaraan Thailand.
1 comment:
Hehehe...keren! Bikin kangen pengen jalan2 lagi sambil nulis kayak beginian Mas! Bikin deg-degan,pastinya capek dan keringetan, tapi selalu dan selalu, di akhir perjalanan2 macam ini akan memberikan satu "senyuman tersendiri" di hati....Karena, kita gak akan "bisa melihat" rakyat kecil dan kesulitannya hanya melalui kaca mobil sedan, toh?
regards/Latief
Post a Comment