Friday, March 28, 2008

Dampak Cuaca Ekstrem

Cuaca ekstrem melanda belahan bumi kita. Pagi yang cerah, tiba tiba digelapkan hujan dan badai yang datang tiba tiba. Kita hampir sulit menduga perkembangan cuaca tiap jamnya. Beberapa daerah yang biasanya tidak banjir, mendadak tenggelam. Curah hujan lebat, ditimpali hutan hutan di pulau Jawa yang tambah gundul, makin membuat alam kita remuk.


Allah SWT, tegas mengingatkan kita, bahwa kerusakan di muka bumi ini, buah keserakahan manusia di dalamnya. Lihatlah dampak kejahilan manusia itu, banjir bandang melanda di mana mana. Setelah Jakarta, banjir meluas hingga seluruh Jawa dan belahan wilayah di Indonesia lainnya. Semua merenggut korban harta, benda, dan jiwa yang tidak sedikit.

Bagi kaum dhuafa, kehilangan rumah karena tersapu banjir dan ladang hancur karena kekeringan, berarti akhir dari segalanya. Kebanyakan mereka amat terpukul bencana alam, karena tidak punya asuransi dan tabungan yang dapat membantu bangkit kembali.
Pendidikan anak anak dhuafa pun tercerai berai. Mereka tidak hanya harus hidup di pengungsian, tapi juga kehilangan kesempatan belajar. Banjir yang akhir akhir ini meluas, makin menambah daftar panjang kesusahan sebagian masyarakat negeri ini.

Ranah kemanusian tak lelah lelah, berpacu untuk membantu. Tapi, bencana yang tiada henti, seakan membuat gerak kemanusiaan limbung. Dahsyatnya bencana pun, kini mulai ditakar berapa banyak nyawa melayang dan peradaban yang hilang. Seruan peduli, ibarat teriakan menggema di bibir jurang menganga. Ini menyedihkan.

Bagi lembaga yang bergerak dalam kubang kemanusiaan, mestinya tak larut dalam kejenuhan itu. Seberapapun dampak bencana terjadi, ia tetap bencana yang menghadirkan kerugian dan kedukaan mendalam bagi korbannya. Tugas lembaga kemanusiaan, tetap hadir membantu semaksimal yang ia mampu. Tak boleh surut, lelah, dan menyerah.

Percayalah, masyarakat mampu kita, masih teguh nurani kemanusiaannya. Selama aktivitas kemanusiaan kita sampai pada yang berhak, transparan, dan dapat dipertanggung jawabkan, bantuan kemanusiaan itu masih akan terus mengalir.

Hati hati yang hidup, akan tetap berbagi, peduli, dan menengadah doa, untuk sesama yang tertimpa musibah. Wallahu’alam.

No comments: