PHNOM PEN – Helat Tebar Hewan Kurban (THK) DD, tahun ini penuh kesan. Untuk kali pertama, THK mendistribusikan kurban ke Kamboja dan Filipina. Dua negara ini dipilih, lantaran kondisi kemiskinan dan tantangan akidah yang berat dirasakan komunitas muslim di dua negara itu.
Di kamboja, THK menyalurkan amanah 300 orang pekurban yang digabungkan menjadi 43 ekor sapi. Sebarannya meliputi empat provinsi. Phnom Penh, Kampong Cham, Kratie, dan Takeo. Meski banyak lembu di Kamboja, menikmati daging, bagi komunitas muslim korban kekejian rezim komunis Pol Pot ini, tak tentu sekali dalam setahun. Sementara, untuk Filipina 200 ekor kambing.
Wajar jika selama prosesi penyembelihan lembu di sepanjang pinggiran Sungai Mekong, banyak warga yang tak menguasai teknik melumpuhkan sapi. Kesannya agak kasar, menurut Maad Ahmad, salah seorang tokoh pemuda Kampong Cham, mereka memang tak terbiasa menyembelih sapi.
Komunitas muslim di Kamboja, hampir mayoritas tinggal di tepian Sungai Mekong. Di antara mereka adalah manusia perahu. Mereka mencari ikan di sepanjang Sungai Mekong. Beberapa literatur menyebut, Kamboja sebagai penghasil ikan air tawar terbesar di dunia. Salah satunya disuplai komunitas muslim Kamboja.
Selama empat hari, gelak tawa, canda, dan kebahagiaan yang dibalut bahasa isyarat, melebur, menghadirkan semarak prosesi Kurban di sepanjang aliran Sungai Mekong. Bahasa boleh jadi kendala, tapi hati bisa bicara. Sepenggal kata yang selalu terucap tiap berpapas muka dengan mereka. “Terimakaseh Indonesia”.
No comments:
Post a Comment