Berenang bagi sebagian anak-anak kurang mampu di Indonesia sebuah keinginan mewah. Arena renang meskipun meruyak di sekitar kita, belum tentu anak-anak seperti Rendi ini mampu menyelami jernih airnya. Beruntung banjir bermurah hati meluapkan keruh airnya hingga masuk ke dalam perumahan-perumahan elit. Nalar kita yang dewasa, ini musibah. Tapi bagi Rendi, apa pedulinya? Kapan lagi bisa berenang gratis macam ini.
Lantas kita yang menonton dari jauh suka nyeletuk. Ih, apa gak takut kalau masuk angin, sakit, dan aneka kehawatiran lainnya. Tetapi kita kerap lupa, justru anak-anak yang akarab dengan alam lebih kebal terhadap penyakit ketimbang anak-anak yang hidupnya dipenjaran aturan tentang kesehatan. Jadi? Allah SWT punya keadilan dan kekuasaan.
Berenanglah Rendi hingga banjir tinggal lumpur... dan tertawalah dengan riang... karena untuk tertawapun di negeri ini kamu mesti membayar.
Wednesday, February 07, 2007
Tertawalah Riang Mumpung Banjir
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Kasihan si Rendy, mau ketawa mesti nunggu banjir
Turut berduka untuk Jakarta Kota Banjir!!!
media menyoroti yang kebanjiran melulu sih. coba kalo yang kebanjiran di luar jakarta, paling-paling liputannya cuman sesekali saja.
Post a Comment