Tuesday, September 26, 2006

Zakat Ringan

Satu-satunya instrumen yang mampu memenuhi kebutuhan primer orang miskin adalah zakat

Bicara zakat, rukun Islam ketiga ini akan terus bergandeng dengan kemiskinan. Zakat menjadi pemenggal kesenjangan, mengurai kecemburuan, dan zakat pula penyelamat bagi pembayarnya juga penerimanya. Dalam banyak literatur sejarah, kajian-kajian, dan diskusi-diskusi, zakat dicatat mampu menjadi solusi menghentikan monster mengerikan bernama kemiskinan. Kenangan gagah itu tertoreh beberapa abad lalu.

Hari ini, bulu kuduk kita bisa jadi makin merinding tat kala awal September lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pada Maret 2006 terjadi kenaikan jumlah orang miskin sebesar 3,95 juta orang dari 35,10 juta pada Februari 2005 menjadi 39,05 juta orang pada Maret 2006. Kabar buruk yang membuat kita makin lemas. Jumlah orang miskin makin menggunung. Berlahan namun pasti ia akan menjadi bom sosial yang tiap saat meledak.

Bahkan Allah SWT dengan tegas memperingatkan bahwa kemiskinan ancaman setan. “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan.” (QS Al-Baqarah: 268). Rasulullah pun mewanti-wanti: kadzal fakru ayyakuna kufran. Kefakiran adalah bibir jurang kefakiran. Beliau pun mengajarkan doa, “Ya Robbi, aku berlindung kepada-Mua dari belitan utang (ghalabat al dayn) dan dari cengkeraman kekuasaan orang lain (qahr al-rijal)”. Sedangkan Sayyidina Ali ra dengan tegas mengatakan, :Jika kemiskina berwujud manusia niscaya akan kubunuh dia!”.

Namun kemiskinan di dalam negeri makin tak terurai. Selama Dompet Dhuafa Republika (DD) lahir, sejak itu menjadi saksi betapa kemiskinan terus bertambah. Baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dan kemiskinan itu pun seolah tak mengenal lelah. Terus meruyak, baik ke sudut-sudut perkotaan maupun ke daerah-daerah subur pedesaan.

Sejatinya dari sisi manusiawi, tak ada insan yang lahir dan besar di muka bumi ini ingin miskin. Kemiskinan dipandang memalukan dan bikin orang tidak percaya diri bahkan rendah diri. Jadi orang miskin itu bukan prestasi tetapi aib. Islam memandang masalah kemiskinan ini dengan standar yang sama, di negara manapun, dan kapanpun. Karena itu, menurut pandangan Islam, kemiskinan adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariah juga telah menetapkan kebutuhan primer tersebut, yaitu sandang, papan, dan pangan.

Islam juga telah menganggap kemiskinan sebagai kelemahan sekaligus menganjurkan agar kita mengasihi orang-orang miskin. Islam telah menjadikan terpenuhinya kebutuhan primer serta mengusahakannya untuk orang yang tidak bisa memperolehnya adalah fardlu. Jika kebutuhan primer tersebut bisa dipenuhi sendiri oleh seseorang, maka pemenuhan tersebut menjadi kewajibannya. Namun, jika orang tersebut tidak bisa memenuhinya sendiri, karena tidak mempunyai harta yang cukup atau karena dia tidak bisa memperoleh harta yang cukup, maka syariah telah menjadikan orang tersebut wajib ditolong oleh orang lain, sehingga dia bisa memenuhi kebutuhan primernya.

Zakat Ringan

Satu-satunya instrumen yang mampu memenuhi kebutuhan primer orang miskin adalah zakat. Pun, dalam hidup keseharian zakat sesungguhnya mencerminkan kesalehan sosial dari sebuah masyarakat. Dengan beredarnya zakat, hubungan silaturahmi masyarakat menjadi erat. Persatuan dan kesatuan umat bisa terjalin dengan kuat. Di samping kerja sama yang tumbuh, menjadi cermin dari praktek yang saling menolong.

Namun, apakah memang cerminan itu yang muncul di masyarakat kita? Kenyataannya, belum ada di Indonesia sebuah lembaga zakat yang mengelola dana zakat dalam jumlah yang besar. Artinya, zakat masih menjadi nomor sekian dalam kehidupan umat Islam Indonesia. Kita prihatin menatap cermin wajah kita. Saat memantulkan wujud masyarakat Islam yang Pa Kumis, yakni Padat Kumuh dan Miskin. Di sudut-sudut Pak Kumis itu mayoritas dihuni warga beragama Islam. Di jalan-jalan, dominasi pengemis kebanyakan mengaku beragama Islam. Bahkan pengambilan dana di jalan untuk pembangunan panti, sekolah dan masjid, bukankah juga berasal dari kalangan kita.

Memang, muslim mana yang tak malu menyaksikan hal demikian. Suatu kegiatan yang jadi publikasi buruk untuk Islam. Belakangan ini, kegiatan demikian malah semakin menjadi. Andai setiap muslim kaya mau menyalurkan zakatnya, tak mungkin kegiatan demikian bisa berlangsung terus menerus. Maka benarlah seperti yang Rasulullah SAW pesankan. "Tak mungkin seseorang kelaparan dan telanjang kalau bukan karena kebakhilan muslim yang kaya".

Maka diwajibkannya zakat, sebenarnya untuk memenggal ketimpangan di masyarakat. Sebab ditinjau dari Rukun Islam, zakat merupakan satu-satunya rukun yang ditujukan untuk masyarakat. Sebagai Rukun Masyarakat, mengabaikan zakat artinya sama dengan meruntuhkan sendi-sendi masyarakat. Dan itulah yang terjadi, kehidupan masyarakat muslim tercabik-cabik karena zakat tak ditegakkan.

Diwajibkannya zakat, merupakan tanggung jawab sosial muslim kaya terhadap muslim lainnya yang kekurangan. Bila zakat tidak dijalankan, akan banyak pihak yang dirugikan. Rugi karena zakat memang hak orang lain. Kalau ini berlarut, kehidupan orang-orang bawah akan semakin sukar. Harkat sebagai manusia juga jatuh. Lihatlah pengemis yang mengorek sampah, apa bedanya mereka dengan, maaf, binatang. Kalau mereka akhirnya harus wafat, apakah akan tetap dibiarkan kaku di pinggir jalan atau di sudut-sudut tembok?

Perbedaan dan kesenjangan, jelas bibit penyakit. Dengan terlantarnya si miskin, si kaya merasa jijik. Sebaliknya rasa benci si miskin semakin subur karena dibiarkan menderita. Jika kaki kita ringan melenggang masuk ke gudang-gudang perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan selingan, kapan langkah kita ringan menuju zakat. Saat tangan ringan mencabut lembaran dolar dan rupiah untuk dihamburkan demi prestise dan gaya hidup, kapan jemari ringan mencabutnya untuk memenuhi kebutuhan primer orang miskin. Sungguh, jika hati diasah untuk tajam memahami problem sosial akut di sekelilig kita sejatinya semua ringan untuk berbuat kebajikan.

Akan makin ringan jika dilandasi keikhlasan. Sesungguhnya ikhlas itu roh atau jiwa sesuatu amalan. Siapa yang beramal tanpa keikhlasan di dalamnya maka amalan yang ditunaikan itu tiada mempunyai roh dan tidak diterima. Sabda Rasulullah s.a.w. Maksudnya: "Allah tidak menerima amalan melainkan amalan yang dikerjakan dengan tulus dan ikhlas baginya dan bertujuan mendapat keredaanNya".

Zakat itu ringan jika dipahami sebagai kewajiban. Bila dimaknai bahwa ada hak mereka dalam bulir harta yang ditimbun. Makin zakat itu ditunaikan ia tak akan mengeruk ceruk harta kekayaan. Zakat gerbang kemuliaan diri di hadapan Allah dan manusia. Zakat ringan ditunaikan, karena memang itu bukan hak yang boleh ditimbun. Seringan tangan menyuapi diri dengan gizi. Seringan itu pula zakat wajib ditunaikan. Jelang Ramadhan yang sebentar lagi tiba, maka zakat lebih mudah diingat. Meski untuk menunaikannya tak perlu menunggu bulan itu.

Read More......

Di Mana 1,3 Milyar Lainnya Itu?


‘’Sungguh kami menyayangkan sikap diam dan lemahnya pemerintah Arab dan dunia Islam. Padahal keberpihakan sikap para pemimpin Arab dan dunia Islam dapat mengeluarkan rakyat kami dari keterasingan, dimana mereka sudah dan sedang dibantai, dihancurkan semua tampat berpijak mereka, kota-kota, desa-desa dan kamp-kamp mereka. Pasokan air dan makanan diputus, mereka pun makan dedauan dan minum air yang tercemar....’’

Komunike yang menyayat hati itu disiarkan awal April 2002 di situs Hamas (Harakah Muqawwamah Al Islamiyah). Isinya seolah menyiratkan nada putus asa menghadapi situasi tak menentu yang mereka alami sendiri selama dua bulan terakhir di Palestina.

Israel dengan tentara, tank, dan buldosernya terus memburu penduduk Palestina di banyak kota, dan menduduki kota-kota itu. Di sisi lain, sikap pemerintah negara-negara Arab dan dunia Islam juga makin tak jelas dan terpecah. Mereka, pejuang Palestina, seolah dibiarkan sendiri meregang nyawa menghadapi kebiadaban serdadu Israel. Sementara dunia Internasional juga relatif tidak berdaya menghentikan angkara Israel.

Serangan Israel atas Jenin dan sejumlah kota lainnya saat itu, termasuk yang paling brutal setelah pembantaian Shabra-Shatila 1982. Setelah menghancurkan dan menduduki Ramallah termasuk markas Yasser Arafat, juga Betlehem, mereka memporakporandakan Jenin. Wartawan yang meliput di Jenin menyebutkan, sekitar seribuan orang diperkirakan telah menjadi korban kebiadaban tentara Israel. Mereka tewas akibat ditembak, disiksa, dibuldoser, dan dibom. Menteri Palestina, Saeb Erekat, menuturkan ratusan warganya tewas. Erekat memperkirakan Israel telah menguburkan mereka dalam sebuah pemakaman massal.

Beberapa media barat seperti Radio Jerman DW menilai serangan Israel itu sebagai usaha untuk menghancurkan Palestina dan menyingkirkan Arafat. Setelah menduduki kota Tulkarem di Tepi Barat Yordan, tentara Israel melakukan penangkapan dan aksi pembunuhan. Dengan demikian selain Tulkarem, kota lainnya yang secara penuh diduduki tentara Israel di Tepi Barat adalah Nablus, Kilikija, dan Jenin. Juga sebagian Bethlehem, Hebron dan Jericho.

Dunia Barat dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memang mengutuk serangan Israel atas Palestina. Tapi, kutukan itu tinggal kutukan. Selebihnya, nol!

Bahkan AS lewat Menteri Luar Negerinya ketika itu, Colin Powell, menandaskan bahwa “Negara AS mempunyai komitmen tak tergoyahkan untuk menjaga keamanan Israel.”

Sebelum pertemuan Arafat-Powell, Washington pun sudah mengeluarkan seruan agar pihak Palestina menghentikan aksi "terorisme" secepatnya jika tak ingin kehilangan jutaan dolar dan bantuan dunia.

Saking kecewanya, Sekeretaris Kabinet Palestina Ahmad Abdel Rahman saat itu sampai berujar, "Kami telah mendengar kata-kata menyenangkan dari Amerika yang tidak lebih dari omong kosong belaka. Dalam kenyataannya Amerika berposisi mendukung dan ada di balik agresi Israel terhadap Palestina itu," kata dia.

Kini, setelah gagal memusnahkan Palestina pada 2002, Israel kembali meneruskan nafsu angkara murkanya. Tak hanya Palestina, dua tetangganya Libanon dan Suriah pun dihajar juga dengan dalih memburu Hizbullah.

Meski jelas-jelas Israel telah menerjang semua batas peradaban dan peraturan internasional, tapi dunia sepertinya ‘’tak berdaya’’ menghentikan aksi brutal itu. Sekjen PBB Koffi Annan lagi-lagi hanya menyerukan agar kedua pihak berunding. Uni Eropa dan banyak negara dunia ketiga hanya menyayangkan serangan Israel.

Sementara itu, Amerika Serikat justru terang-terangan membela ulah Israel. “Israel punya hak membela diri,” kata juru bicara Gedung Putih, Tony Snow.

Dan lagi-lagi, yang mulai tuan-tuan penguasa Arab diam saja. Dalam pertemuan belum lama ini, mereka baru akan mengirimkan tentara perdamaian ke Palestina dan Lebanon bila diajak PBB. Sedangkan PBB hingga kini tetap diam saja.

Padahal, DR Yusuf Qardhawi, Kepala Al-Ittihad Al-Alamy Li Ulama Al-Muslimin (Asosiasi Ulama Islam Internasional), sudah mengingatkan, “Serangan terhadap warga sipil dengan misil tidak pernah dibenarkan oleh peraturan dan undang-undang manapun. Maka, mereka yang berdiam diri untuk tidak menolong kaum Muslimin yang sedang terzalimi, mereka tidak akan mendapat pihak yang menolong mereka kelak.”

Dalam pertemuan OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun lalu, utusan Indonesia KH Hasyim Muzadi mengajukan otokritik buat para pemimpin negeri Islam. Ketua Umum PBNU mempertanyakan, bagaimana mungkin Pakistan tega membiarkan wilayahnya menjadi pangkalan militer Amerika Serikat untuk menggempur Afghanistan. Padahal, kedua negara muslim itu bertetangga, bahkan berbatasan wilayah pula. Yang menyedihkan, ternyata pengkhianatan terhadap ukhuwah itu dilakukan demi pemutihan utang Pakistan pada Amerika.

Krisis kepedulian yang parah itulah yang menjelaskan, mengapa Israel begitu ugal-ugalan. Dan sikap ini sudah berlangsung sejak lama.

Setiap PM Israel, hampir pasti didukung kalangan ekstrimis Yahudi, terutama dari kelompok sayap kanan. Avigdor Lieberman, menteri dalam kabinet Ariel Sharon dari kelompok sayap kanan, menyeru tentara Israel untuk membombardir Palestina, bukan cuma warganya, tapi juga bank, pasar, supermarket, mal, dan bahkan masjid.

Koran Yahudi Yediot Ahronot edisi 8 Maret 2002 mengutip ucapan Lieberman dalam sebuah rapat kabinet. “Jam 8 kita membombardir seluruh pusat perdagangan, jam 12 kita melumat seluruh pomp pengisian bahan bakar, jam 14 kita meratakan seluruh bangunan bank,” tutur Lieberman.

Sepekan kemudian, media Israel mempublikasikan wawancara dengan Martin van Creveld, pakar terpandang di bidang sejarah militer Israel. Creveld juga mendorong Israel membunuh ribuan warga sipil Palestina, dengan dalih untuk membela diri dari ancaman teroris dan tindakan bunuh diri.

Berapa persisnya yang harus dibunuh?

“Sebanyak mungkin. Serangan kita harus tuntas, biar tak ada lagi serangan kedua. Membunuh 5 ribu atau 10 ribu mungkin belum cukup, dan sepertinya harus lebih lagi,” kata Creveld berapi-api.

“Yang kita butuhkan adalah serangan massal. Memang ini tindakan kriminal, tapi apa boleh buat jika itu untuk menyelamatkan negara. Kita terancam serangan kriminal tak berujung yang akan membunuh kita, dan kini telah membunuh beberapa dari kita. Jadi, lebih baik kita melancarkan aksi kriminal massal yang tuntas. Setelah itu kita akan keluar dari persoalan ini, menguncinya rapat-rapat di belakang kita, dan melupakannya,” kata Creveld lagi.

Tak khawatirkah Creveld jika para petinggi Israel dituntut sebagai penjahat perang? Creveld sangat enteng menjawab, “Rakyat akan memaafkan perbuatan kriminal, dengan satu syarat, tindakan itu tuntas dan berlalu. Mereka memaafkan jika itu dilancarkan secara cepat, lancar, dan apalagi jika sukses. Jika gagal, semuanya akan hilang.”

Saat umat Islam di mana-mana menggelar aksi menentang pembunuhan Syekh Ahmad Yassin, dengan santai Menteri Pertahanan Israel Saul Mofaz mengatakan, ''Ah, biarkan saja, mereka juga nanti akan lupa.''

Ya, ternyata dunia Islam yang berpenduduk 1,3 Milyar saat ini lupa bahwa Rasulullah Saw panutannya pernah berwasiat, ”Barang siapa menyampaikan hajat saudaranya sesama Muslim, niscaya Allah akan memenuhi hajatnya. Dan siapa yang membebaskan kesukaran seorang Muslim di dunia, niscaya Allah akan membebaskan kesukarannya di hari kiamat” (HR Bukhari-Muslim).

Dunia Islam juga lupa akan pesan Nabi Saw, ”Barang siapa meringankan kemiskinan seorang miskin, Allah akan meringankan baginya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba, selama hamba itu menolong saudaranya” (HR. Bukhari-Muslim).

Dan dunia yang beradab, dimanakah mereka? Di manakah 6,3 Milyar manusia yang berhati nurani itu?

Read More......

Israel - Libanon


Rasulullah saw bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan berkelahi. Tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat bersabar ketika sedang marah.

Sebelum kekejian mencabik tubuh ringkih anak-anak Libanon dan Palestina hari ini. Hujatlah Yahudi, makilah Israel, dan tuding mereka sebagai zionis yang lihai, jahat, dan anti perdamaian. Hingga karena keculasanya itu ia tak layak tegak menjadi sebuah negara. Maka, Anda akan ditohok sebagai manusia yang tidak toleran, tak paham hak azasi manusia, dan anti peradaban. Jika tetap ngotot, tuduhan sebagai fundamentalis dan teroris akan segera tersematkan.

Namun, saat hari ini rudal dan peluru menjebol jantung bocah-bocah suci tak berdaya itu, apa yang mampu terucap. Bayangan kita segera menyeruak pada buah hati kita yang lincah dan riang. Tawa candanya yang ringan dan ceplas ceplos. Lugu dan menggemaskan hingga ia membuat susana rumah kita berbinar bahagia. Tetapi bagi bayi-bayi Libanon dan Palestina, keceriaan itu terpupus deru mesin perang Israel.

Kita terpaku bisu memelototi gambar bocah-bocah syuhada di media massa. Darah mendidih, geram menyaksikan negara-negara Arab yang bungkam. OKI yang sekadar bertemu untuk sebatas menelorkan kecaman dan seruan. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang tersisih senyap tak berkutik. Juga Pamansam yang legowo merestui pembantaian itu dengan hak vetonya. Kini tanyalah pada para pendekar HAM ala barat, intelektual-intelektual besutan Amerika, dan pendukung demokrasinya yang meruyak di tanah air kita sendiri. Apa kata mereka tentang Israel hari ini?

Israel menjadi anak emas Amerika yang nakal dan liar. Untuk urusan satu ini PBB dibuat lumpuh. Dan selama Israel dengan dukungan Amerika terus melanggar Piagam PBB dan menentang resolusi-resolusi badan dunia itu, maka kedamaian dunia makin hampa. Tidak ada negara yang menjadi sasaran kecaman resmi yang begitu sering dari Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB sebagaimana Israel, dan tidak ada yang begitu sering dibela dan dilindungi oleh Amerika Serikat.

Seperti semua anggota PBB, Israel dengan khidmat berjanji akan bertindak sesuai dengan piagam PBB dan tidak berusaha "menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan... resolusi-resolusi Majelis dan Dewan Keamanan." Ironisnya, Israel tidak pernah memenuhi semua janji itu, namun Amerika Serikat berulang kali mendukung Israel dalam pemungutan-pemungutan suara PBB --bahkan sampai mengancam pada 1983 untuk menarik diri dari Majelis Umum jika Majelis menghukum Israel karena penolakannya untuk mematuhi resolusi-resolusi PBB.

Dalam tulisan, Paul Findley (mantan anggota Kongres AS) diungkapkan, Israel, dengan kolusi Washington, telah berhasil selama beberapa dasawarsa menempatkan PBB di garis pinggir dalam upaya-upaya untuk mencapai perdamaian. Alasan Israel menentang PBB adalah karena bangsa-bangsa di dunia telah berulang kali menunjukkan perlawanan mereka terhadap pendudukan Israel. Dalam kata-kata Resolusi ES-9/1 tahun 1982, "Catatan dan aksi-aksi Israel menunjukkan secara jelas bahwa ia bukanlah anggota negara pecinta damai dan ia tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagaimana tertulis dalam Piagam."

Jika PBB diperbolehkan memimpin penyelesaian akhir atas konflik itu, Israel akan terkena kewajiban untuk mentaati Piagam PBB dan berbagai resolusi dari Dewan Keamanan. Dengan kata lain, ia pasti diharuskan menghentikan pendudukannya, memberi kompensasi atau menerima kembali para pengungsi, dan menarik klaim-klaimnya atas seluruh bagian Jerusalem.

Hizbullah menang?

Apa yang terjadi andai saja 26 April 2005 lalu pasukan Suriah tidak jadi hengkang dari Libanon, setelah ditempatkan selama hampir 30 tahun di sana. Resminya dinas rahasia Suriah juga ditarik mundur. Langkah-langkah itu sesuai resolusi keamanan PBB 1559. Penarikan mundur ini adalah kemenangan besar oposisi Libanon setelah pembunuhan terhadap mantan Perdana Menteri Rafiq Hariri.

Ketika itu warga Libanon secara massal turun ke jalan-jalan dan menuntut Suriah keluar dari Libanon. Kini mereka harus mendapati negaranya porak-poranda di invasi Israel. Bertahan sendirian, tanpa bantuan sokongan militer Suriah, didiamkan masyarakat Internasional. Bisa jadi pembunuhan Rafiq Hariri adalah bagian dari permainan keji intelijen Israel. Maka serbuan mereka hari ini sudah dipersiapkan sejak 2005.

Tapi yang salah diperhitungkan Israel adalah keberadaan Hizbullah. Kehancuran memang terjadi di mana-mana. Setelah dua minggu pemboman, tidak kurang dari 700 warga sipil, wanita dan anak-anak tewas. Tapi justru pemenang dua minggu pertempuran ini sebenarnya di Tangan Hizbullah. Sebuah kemenangan hati dan simpati dunia.

Mata dunia kini tertuju pada perang biadab tak seimbang di tanah Libanon dan Palestina. Hizbullah yang pontang-panting sendiri melayani gempuran Israel menjadi tameng yang berusaha memberikan perlawanan ringkih. Jika boleh mengira, dalam kesendirian Hizbullah tak sepi akal. Biarkan dunia termangu dan menjadi penonton karena ketidak berdayaannya pada hegemoni Yahudi dan Amerika.

Hizbullah yang kenyang garam di medan juang pastinya punya seribu taktik. Kemenangan perang tidak identik dengan adu mesiu dan saling berbalas rudal dalam jumlah seimbang. Jika strategi itu diterapkan, Israel dan Amerika memiliki segalanya. Dalam titik nadir inilah, ketika dunia membatu pada kebiadaban Israel di Palestina, Hizbullah bak menerapkan strategi perang klasik Cina yang diajarkan Guru Tsun Zu maupun Cao Cao. Seperti strategi membunuh dengan meminjam pisau lawan seperti Ken Arok ketika membunuh Empu Gandring dengan mengorbankan Kebo Ijo. Strategi menangkap ikan di saat air terubek-ubek. Strategi menggebah rumput untuk membangunkan ular. Bahkan strategi mengubah diri jadi ular, kadal, atau bunglon.

Hizbullah berhasil menyeret kekuatan fisik Israel dari Palestina hingga berbagi dengan Libanon. Hizbullah membetot mata dunia agar menyaksikan langsung, siapa sumber ketidakbiadaban di muka bumi ini. Hizbullah membentangkan layar dunia, siapa sejatinya yang menghormati hak-hak hidup anak-anak, perempuan, dan orang-orang tak berdosa. Siapa penjajah yang sesungguhnya dan siapa pengkhianat perdamaain sejati.

Kini pandangan masyarakat dunia makin memojokkan Israel dan Amerika. Dunia marah, di seluruh negara meneriakkan hujatannya atas kekejian Israel dan masa bodohnya Amerika si pengkalim polisi dunia. Tak terkecuali, puluhan ribu warga negara Inggris, Australia, Jerman, dan Brazil serentak turun ke jalan mengecam. Sekitar 10.000 warga Australia memenuhi jalan-jalan utama Sydney mengutuk perbuatan Israel. Dengan membawa bendera Australia dan Libanon, mereka menuju pusat kota Sydney. ‘’Mereka membunuh anak-anak dengan mengubur mereka di bawah reruntuhan bangunan,’’ salah satu yel-yel mereka.

Kalah perang image

Pun di dalam negerinya sendiri, moral prajurit dan rakyat Israel mulai tergugat. Sejumlah pakar militer Israel mulai vokal berbicara mengomentari kekuatan perang Israel. Yang mengejutkan, mereka menyatakan bahwa opini menaklukkan Hizbullah yang selama ini dibangun Israel, adalah hanya mimpi yang menyesatkan. Mereka menyebut, sejauh ini Hizbullah sudah berhasil melakukan serangan telak terhadap Israel.

Omeir Raibort, salah seorang koresponden militer harian Maarev Israel mengatakan, “Klaim militer tentang tanda-tanda kehancuran pasukan Hizbullah hanya pepesan kosong. Sementara pada waktu yang sama Hizbullah terus berhasil melancarkan serangan hingga mencapai utara Israel.”

Menurutnya, level politik pemerintah Israel telah memainkan peran untuk menyesatkan opini umum publik Israel dengan menjelaskan sejumlah target yang bisa dikatakan mustahil dicapai Israel dalam peperangan ini. Misalnya, seperti kehancuran Hizbullah dalam waktu pendek dan kemampuan mereka membebaskan dua serdadunya yang ditawan Hizbullah. Komentar Omeir itu termasuk kritik hebat terhadap militer Israel yang belum pernah dilakukan media massa Israel sebelum ini.

Bagi Israel, 60 tahun bertahan dari perang panjang di Timur Tengah bisa jadi satu prestasi cemerlang. Tapi Israel juga bertempur di fron yang lain untuk menentukan keberlangsungan hidup negaranya. Fron lain itu meliputi pertempuran ide, pemikiran, dan image yang gagal dimenangkannya. Padahal kemenangan perang image inilah yang mengawali berdirinya negara Israel. Menggunakan trauma Holocoust sebagai tameng mengiba-iba, minta dikasihani, kaum tertindas yang perlu dibela di akhir perang dunia II. Kaum yang dibantai Nazi. Hingga dunia tersihir untuk menetapkan Israel sebagai negara yang wajib dilindungi.

Kini sentimentil holocoust tinggal sejarah belaka. Israel berubah menjadi nazi sejati, pembantai anak-anak Palestiana dan Libanon. Maka, kata apalagi untuk menyebut Israel hari ini dunia?

Read More......

Dampak Koreksi Alam

Alam semesta dibentang luas dan di dalamnya diletakkan mekanisme keseimbangan. Janganlah kalian merusak keseimbangan itu. Tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan jangan kalian merusak keseimbangan.” (QS ar-Rahman/ 55:7-9)

Ikan sepat itu besarnya tak lebih dari jempol kaki. Melihat kelebatnya di dalam air keruh, tak tega untuk mengoyak. Nafasnya seperti megap-megap. Jika ditangkappun tak rela hati rasanya memakannya. Tetapi pemandangan di pinggir kali Desa Jombang, Satui, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sore itu menyuguhkan kenyataan lain. Ikan-ikan kali yang tak menarik minat, nyatanya salah satu sumber penghidupan sebagian besar warga desa itu.

Seorang ibu dengan anak kecilnya, hampir setengah hari termangu di pinggir kali. Menggunakan joran dari bambu, ia berjam-jam mancing ikan-ikan kecil. Saat ember hitam kecil yang dibawanya ditengok, di dalamnya ada beberapa ikan sepat kecil. Melihat wujudnya, sejenak pikiran menduga-guga. “Ah, paling juga buat mainan anaknya”.

Dialog kecil pun terjadi. Nyatanya ikan itu tidak untuk mainan melainkan lauk makan. Bertahun-tahun rutinitas itu dijalani saban hari. Kali telah menjadi sumber pasokan gizi. Tak ada pasar, kalau toh ingin belanja perlu dana Rp 24.000,- untuk sekali pergi. Nilai yang amat besar untuk masyarakat yang tinggal di pedalaman. Bisa pergi ke pasar tak tentu dua bulan sekali. Pasar ibarat pusat kota yang kerap diimpikan untuk didatangi. Sayang tak semua orang dapat berkunjung ke pusat perdagangan tradisional itu.

Dari faktor alam, masyarakat Satui pedalaman yang sebagian kaum transmigran mustinya tak hidup miskin. Desa Jombang, dikepung hutan sawit yang katanya milik pengusaha Malaysia. Gunung-gunung di sekitarnya juga menimbun batubara dan permata. Menurut informasi warga, satu gunung yang mengandung hasil tambang dapat dilumat dalam waktu semalam dengan alat-alat berat. Siang masih bentuk gundukan, esok hari tumbang jadi cekungan.

Penghancuran gunung-gunung itu hasilnya, bukan berkah ketularan makmur yang dirasai masyarakat. Melainkan kiriman banjir yang merendam rumah mereka. Dua minggu lalu Satui tenggelam oleh banjir yag menghanyutkan harta benda. Beruntung, arusnya tak menggulung rumah-rumah panggung di desa itu. Setelah air susut rumah masih utuh, dapat ditempati lagi kecuali sebagian harta benda yang hanyut terseret arus.

Menurut masyarakat, banjir tak biasanya besar, paling hebat menggenangi kaki-kaki rumah panggung. Tetapi tahun ini ketinggian air mencapai atap rumah. Dilihat dari curah hujan, menurut mereka masih normal. Perusahaan pertambangan pun tak pelak ditengarahi sebagai biang keladi. Masyarakat hanya dapat diam, tak berdaya untuk protes. Apalagi untuk teriak sekeras-kerasnya, dari pedalaman tetaplah senyap tak terdengar.

Untuk keluar dari desa itu saja musti melalui jalan milik perkebunan dan pertambangan. Jalur lain melalui sungai. Maka protes dan geram cukup menancap di hati dan sekadar bisik-bisik di antara mereka. Beradu debat sudah pasti kalah. Dari pasokan makanan saja bak bumi dengan langit. Kaum berkuasa mengisi perutnya dengan daging dan susu. Sementara, masyarakat pedalaman lauk ikan sepat saja sudah istimewa.

Kabar banjir pun surut. Mengering, beriring nasib mereka yang ikut susut. Makin hari menanjak miskin. Tambah bulan menjadi bulan-bulanan. Beriring tahun kesulitan hidup akan terus turun temurun. Namun, jika hujan kembali datang, banjir bandang pastinya kan jadi langganan. Sumbernya, hutan dan gunung tak henti-henti dikuras tanpa sentuhan nurani. Tidak memikirkan keseimbangan alam. Kiblat yang jadi haluan adalah keuntungan bisnis dari kekayaan milik Allah ini.

Memahami alam

Kalimantan dan Sulawesi baru saja menuai banjir. Di Sinjai, Sulawesi Selatan, kedahsyatan banjir bandang dari gunung masih membekas. Rasanya, gerak tanah dan cuaca tengah berjalan menyeimbangkan diri. Maka kekeringan yang berdampak pada kelangkaan air dan gagal panen hari ini terus terjadi. Waduk di Jawa yang menampung curah air makin sepi pasokan. Berita hari ini pun berganti dalam hitungan jam. Dari banjir bandang secepat kilat jadi tema kekeringan.

Dari laporan yang dibeberkan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng, kerusakan lingkungan menyebabkan daerah aliran sungai tidak dapat berfungsi optimal. Pada musim kemarau sungai kering, dan musim hujan banjir bandang. Dirjen Sumber Daya Air, PU, Siswoko juga mengungkapkan kerusakan lingkungan menjadi salah satu sebab daerah aliran sungai tidak dapat menahan arus air dengan baik. Hingga berdampak pada kekeringan di daerah aliran sungai

Melihat gerak bencana alam (tsunami, gempa, banjir, dan kemarau) yang susul menyusul, sekali lagi kiranya perlu untuk memahami alam. “Alam semesta dibentang luas dan di dalamnya diletakkan mekanisme keseimbangan. Janganlah kalian merusak keseimbangan itu. Tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan jangan kalian merusak keseimbangan.” (QS ar-Rahman/ 55:7-9)

Di jagad raya ada keseimbangan kosmis. Di bumi ada keseimbangan ekologis. Dalam kehidupan manusia ada keseimbangn sosial yang lebih dikenal sebagai “Keadilan”. Tiap-tiap terjadi gangguan pada keseimbangan itu alam akan melakukan koreksi dan pemulihan. Alam bisa berdehem dan batuk, alam juga bisa menggeliat dan meronta. Semua peristiwa alam mengalir alami saja. Mereka bertindak sekadar menjaga kelangsungan hidup, memelihara keseimbangan dan bertasbih kepada Allah Sang Pencipta. Alam tidak bermaksud jahat dan Allah SWT tidak menempatkan kejahatan di alam.

Ketika sumber-sumber alam di permukaan bumi sudah dikuras secara serakah dan zhalim, alam tidak marah, ia hanya akan bereaksi dengan banjir dan longsor, atau gempa bumi dan letusan gunung berapi, untuk memulihkan ketersediaan sumber-sumber alam itu. Letusan Gunung Galunggung di awal tahun 80-an telah menambah sediaan pasir yang hingga kini tak habis-habisnya diangkut ke kota-kota besar sebagai bahan bangunan meski diangkut dengan ratusan gerbong kereta api setiap harinya. Juga letusan gunung selalu menyediakan kesuburan bagi daerah sekitarnya.

Allah SWT sangat menyayangi manusia, melebihi sayangnya manusia terhadap dirinya sendiri, dan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Ia tak akan merusak karya-Nya sendiri dengan sia-sia. Einstein bilang: “Tuhan tidak sedang bermain dadu dengan alam ini”. Kalau pun ada yang harus Ia hancurkan dulu, itu karena Ia hendak menata ulang agar segalanya menjadi lebih indah dan lebih harmonis lagi. Keseimbangan terus dijaga-Nya, perbaikan terus diselenggarakan-Nya, Ia adalah Sang Pemelihara Alam (Rabb al-Alamin).

Akhirnya, di manapun di muka bumi ini, ketika muncul keserakahan terhadap alam serta ketidakadilan sosial dan kezaliman, bumi akan terundang untuk melakukan langkah-langkah koreksi. Sesungguhnya Alam memberikan respon terhadap apa yang dilakukan oleh manusia. Sayang kita tak menyadarinya, dan menyebutnya ’bencana alam’ yang ganas dan jahat.[]

Read More......