Tuesday, September 26, 2006

Israel - Libanon


Rasulullah saw bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan berkelahi. Tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat bersabar ketika sedang marah.

Sebelum kekejian mencabik tubuh ringkih anak-anak Libanon dan Palestina hari ini. Hujatlah Yahudi, makilah Israel, dan tuding mereka sebagai zionis yang lihai, jahat, dan anti perdamaian. Hingga karena keculasanya itu ia tak layak tegak menjadi sebuah negara. Maka, Anda akan ditohok sebagai manusia yang tidak toleran, tak paham hak azasi manusia, dan anti peradaban. Jika tetap ngotot, tuduhan sebagai fundamentalis dan teroris akan segera tersematkan.

Namun, saat hari ini rudal dan peluru menjebol jantung bocah-bocah suci tak berdaya itu, apa yang mampu terucap. Bayangan kita segera menyeruak pada buah hati kita yang lincah dan riang. Tawa candanya yang ringan dan ceplas ceplos. Lugu dan menggemaskan hingga ia membuat susana rumah kita berbinar bahagia. Tetapi bagi bayi-bayi Libanon dan Palestina, keceriaan itu terpupus deru mesin perang Israel.

Kita terpaku bisu memelototi gambar bocah-bocah syuhada di media massa. Darah mendidih, geram menyaksikan negara-negara Arab yang bungkam. OKI yang sekadar bertemu untuk sebatas menelorkan kecaman dan seruan. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang tersisih senyap tak berkutik. Juga Pamansam yang legowo merestui pembantaian itu dengan hak vetonya. Kini tanyalah pada para pendekar HAM ala barat, intelektual-intelektual besutan Amerika, dan pendukung demokrasinya yang meruyak di tanah air kita sendiri. Apa kata mereka tentang Israel hari ini?

Israel menjadi anak emas Amerika yang nakal dan liar. Untuk urusan satu ini PBB dibuat lumpuh. Dan selama Israel dengan dukungan Amerika terus melanggar Piagam PBB dan menentang resolusi-resolusi badan dunia itu, maka kedamaian dunia makin hampa. Tidak ada negara yang menjadi sasaran kecaman resmi yang begitu sering dari Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB sebagaimana Israel, dan tidak ada yang begitu sering dibela dan dilindungi oleh Amerika Serikat.

Seperti semua anggota PBB, Israel dengan khidmat berjanji akan bertindak sesuai dengan piagam PBB dan tidak berusaha "menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan... resolusi-resolusi Majelis dan Dewan Keamanan." Ironisnya, Israel tidak pernah memenuhi semua janji itu, namun Amerika Serikat berulang kali mendukung Israel dalam pemungutan-pemungutan suara PBB --bahkan sampai mengancam pada 1983 untuk menarik diri dari Majelis Umum jika Majelis menghukum Israel karena penolakannya untuk mematuhi resolusi-resolusi PBB.

Dalam tulisan, Paul Findley (mantan anggota Kongres AS) diungkapkan, Israel, dengan kolusi Washington, telah berhasil selama beberapa dasawarsa menempatkan PBB di garis pinggir dalam upaya-upaya untuk mencapai perdamaian. Alasan Israel menentang PBB adalah karena bangsa-bangsa di dunia telah berulang kali menunjukkan perlawanan mereka terhadap pendudukan Israel. Dalam kata-kata Resolusi ES-9/1 tahun 1982, "Catatan dan aksi-aksi Israel menunjukkan secara jelas bahwa ia bukanlah anggota negara pecinta damai dan ia tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagaimana tertulis dalam Piagam."

Jika PBB diperbolehkan memimpin penyelesaian akhir atas konflik itu, Israel akan terkena kewajiban untuk mentaati Piagam PBB dan berbagai resolusi dari Dewan Keamanan. Dengan kata lain, ia pasti diharuskan menghentikan pendudukannya, memberi kompensasi atau menerima kembali para pengungsi, dan menarik klaim-klaimnya atas seluruh bagian Jerusalem.

Hizbullah menang?

Apa yang terjadi andai saja 26 April 2005 lalu pasukan Suriah tidak jadi hengkang dari Libanon, setelah ditempatkan selama hampir 30 tahun di sana. Resminya dinas rahasia Suriah juga ditarik mundur. Langkah-langkah itu sesuai resolusi keamanan PBB 1559. Penarikan mundur ini adalah kemenangan besar oposisi Libanon setelah pembunuhan terhadap mantan Perdana Menteri Rafiq Hariri.

Ketika itu warga Libanon secara massal turun ke jalan-jalan dan menuntut Suriah keluar dari Libanon. Kini mereka harus mendapati negaranya porak-poranda di invasi Israel. Bertahan sendirian, tanpa bantuan sokongan militer Suriah, didiamkan masyarakat Internasional. Bisa jadi pembunuhan Rafiq Hariri adalah bagian dari permainan keji intelijen Israel. Maka serbuan mereka hari ini sudah dipersiapkan sejak 2005.

Tapi yang salah diperhitungkan Israel adalah keberadaan Hizbullah. Kehancuran memang terjadi di mana-mana. Setelah dua minggu pemboman, tidak kurang dari 700 warga sipil, wanita dan anak-anak tewas. Tapi justru pemenang dua minggu pertempuran ini sebenarnya di Tangan Hizbullah. Sebuah kemenangan hati dan simpati dunia.

Mata dunia kini tertuju pada perang biadab tak seimbang di tanah Libanon dan Palestina. Hizbullah yang pontang-panting sendiri melayani gempuran Israel menjadi tameng yang berusaha memberikan perlawanan ringkih. Jika boleh mengira, dalam kesendirian Hizbullah tak sepi akal. Biarkan dunia termangu dan menjadi penonton karena ketidak berdayaannya pada hegemoni Yahudi dan Amerika.

Hizbullah yang kenyang garam di medan juang pastinya punya seribu taktik. Kemenangan perang tidak identik dengan adu mesiu dan saling berbalas rudal dalam jumlah seimbang. Jika strategi itu diterapkan, Israel dan Amerika memiliki segalanya. Dalam titik nadir inilah, ketika dunia membatu pada kebiadaban Israel di Palestina, Hizbullah bak menerapkan strategi perang klasik Cina yang diajarkan Guru Tsun Zu maupun Cao Cao. Seperti strategi membunuh dengan meminjam pisau lawan seperti Ken Arok ketika membunuh Empu Gandring dengan mengorbankan Kebo Ijo. Strategi menangkap ikan di saat air terubek-ubek. Strategi menggebah rumput untuk membangunkan ular. Bahkan strategi mengubah diri jadi ular, kadal, atau bunglon.

Hizbullah berhasil menyeret kekuatan fisik Israel dari Palestina hingga berbagi dengan Libanon. Hizbullah membetot mata dunia agar menyaksikan langsung, siapa sumber ketidakbiadaban di muka bumi ini. Hizbullah membentangkan layar dunia, siapa sejatinya yang menghormati hak-hak hidup anak-anak, perempuan, dan orang-orang tak berdosa. Siapa penjajah yang sesungguhnya dan siapa pengkhianat perdamaain sejati.

Kini pandangan masyarakat dunia makin memojokkan Israel dan Amerika. Dunia marah, di seluruh negara meneriakkan hujatannya atas kekejian Israel dan masa bodohnya Amerika si pengkalim polisi dunia. Tak terkecuali, puluhan ribu warga negara Inggris, Australia, Jerman, dan Brazil serentak turun ke jalan mengecam. Sekitar 10.000 warga Australia memenuhi jalan-jalan utama Sydney mengutuk perbuatan Israel. Dengan membawa bendera Australia dan Libanon, mereka menuju pusat kota Sydney. ‘’Mereka membunuh anak-anak dengan mengubur mereka di bawah reruntuhan bangunan,’’ salah satu yel-yel mereka.

Kalah perang image

Pun di dalam negerinya sendiri, moral prajurit dan rakyat Israel mulai tergugat. Sejumlah pakar militer Israel mulai vokal berbicara mengomentari kekuatan perang Israel. Yang mengejutkan, mereka menyatakan bahwa opini menaklukkan Hizbullah yang selama ini dibangun Israel, adalah hanya mimpi yang menyesatkan. Mereka menyebut, sejauh ini Hizbullah sudah berhasil melakukan serangan telak terhadap Israel.

Omeir Raibort, salah seorang koresponden militer harian Maarev Israel mengatakan, “Klaim militer tentang tanda-tanda kehancuran pasukan Hizbullah hanya pepesan kosong. Sementara pada waktu yang sama Hizbullah terus berhasil melancarkan serangan hingga mencapai utara Israel.”

Menurutnya, level politik pemerintah Israel telah memainkan peran untuk menyesatkan opini umum publik Israel dengan menjelaskan sejumlah target yang bisa dikatakan mustahil dicapai Israel dalam peperangan ini. Misalnya, seperti kehancuran Hizbullah dalam waktu pendek dan kemampuan mereka membebaskan dua serdadunya yang ditawan Hizbullah. Komentar Omeir itu termasuk kritik hebat terhadap militer Israel yang belum pernah dilakukan media massa Israel sebelum ini.

Bagi Israel, 60 tahun bertahan dari perang panjang di Timur Tengah bisa jadi satu prestasi cemerlang. Tapi Israel juga bertempur di fron yang lain untuk menentukan keberlangsungan hidup negaranya. Fron lain itu meliputi pertempuran ide, pemikiran, dan image yang gagal dimenangkannya. Padahal kemenangan perang image inilah yang mengawali berdirinya negara Israel. Menggunakan trauma Holocoust sebagai tameng mengiba-iba, minta dikasihani, kaum tertindas yang perlu dibela di akhir perang dunia II. Kaum yang dibantai Nazi. Hingga dunia tersihir untuk menetapkan Israel sebagai negara yang wajib dilindungi.

Kini sentimentil holocoust tinggal sejarah belaka. Israel berubah menjadi nazi sejati, pembantai anak-anak Palestiana dan Libanon. Maka, kata apalagi untuk menyebut Israel hari ini dunia?

2 comments:

Anonymous said...

ngpen msti dukung palestine??
lo g liat p klo mreka sblmnya sering kirim2 rudal k israel,
trus sering kirim bom bunuh diri.

cb klo rumah lo dikirimi rudal?? gmn rsnya. nah itulah yg dirasain israel, mreka g mw stiap hr hidup dlm kecemasan. makanya mreka nyerang balik.

gw ud ngrasain kn bom bnh diri 2x n gw bersyukur msh slmt. dan anehnya lg si pelaku blg klo dia ngebom krn sudah perintah Tuhannya. ud Sinting x tu orang. itu nmnya setan berkedok agama.

oy lg satu, gw plg g sneng cr berperang Hamas yg memakai anak2 n wanita sebagai tameng. bnr2 pengecut...

Anonymous said...

menanggapi tulisan Anonymous

kita harus dukung palestine
Lo gak sadar apa kalo yang ngirim rudal ke israel tu gue, sayang lo gak ngasih alamat rumah lo, supaya kita bis ngirim rudal ke kamar loe.

Ya gak mungkin lah rumah gue dikirimi rudal dari palestine, wong yang ngirim gue , he... he...he...

Kok loe bisa selamat ya dah kena bom 2x , loe pake ilmu apa ???

oh ya 2 lagi ya.....
israel tu goblok ya, perlu latihan perang tuh, kok mau nangkap tikus di rumah loe,yang di rudal rumah nya loe, kan ada adek, abang, ibu bapak nenek , kakek, loe di rumah, kasian kan mereka