Tuesday, September 23, 2008

Rumitnya Tembus Myanmar

Cerita tentang Myanmar panjang. Juga rumit. Banyak yang ingin saya tumpahkan, tapi waktu belum memberi pikiran tenang. Agar tak basi ditelan waktu, saya terpaksa mengutip rumitnya menembus Myanmar sebagaimana ditulis Detik. Semoga bisa menjadi pengantar cerita perjalanan membawa misi kemanusiaan ke Myanmar.


MYANMAR – Dompet Dhuafa Republika (DD) menyalurkan secara langsung bantuan untuk korban bencana alam Nargis di Myanmar. Bantuan ini terpaksa disampaikan secara berantai karena sulitnya mendapatkan visa untuk masuk ke Myanmar.


Penyerahan bantuan disampaikan Sunaryo Adhiatmoko Ketua Tim DD, Selasa (27/5/2008) kepada perwakilan korban di Tachilek, sebuah kota kecil di Myanmar yang berbatasan dengan Kota Mae Sai, Thailand.


"Sebenarnya kita sudah mengajukan visa untuk memasuki Myanmar, namun seperti diketahui, pemerintah Myanmar menutup diri. Maka bantuan itu kita sampaikan di sini di wilayah khusus di Myanmar yang bisa dimasuki dari Thailand tanpa harus menggunakan visa," kata Sunaryo di Tachilek yang berada sekitar 700 kilometer dari Yangon, Myanmar.

Secara keseluruhan, kata Sunaryo, total bantuan yang diberikan pada tahap awal senilai Rp 100 juta. DD merasa perlu langsung menyampaikan bantuan tersebut secara langsung, karena banyak korban yang belum mendapat bantuan.

"Sejumlah korban yang berada di kawasan Laputta, Ayeyarwady, menyatakan mereka belum mendapat bantuan karena berbagai persoalan," kata Sunaryo.

Perwakilan korban yang menerima bantuan tersebut, melakukan perjalanan darat hampir selama dua hari menuju Tachilek. Namun hanya berani menerima bantuan dalam mata uang negaranya Kyat, bukan mata uang asing. Itupun jumlahnya terbatas, karena khawatir pemeriksaan yang demikian ketat. Mereka juga meminta nama maupun fotonya jangan sampai muncul di media massa karena khawatir diperiksa tentara.

"Jadi bantuan itu disampaikan melalui jasa pengiriman uang di Thailand, agar bisa diterima di Yangon. Ini sulitnya karena kita tidak berada di lokasi. Tetapi tidak masalah, yang penting bantuan dari masyarakat Indonesia sudah mulai disalurkan," kata Sunaryo.

Naryo menyatakan, DD secara khusus merasa perlu datang secara langsung sebab penduduk Muslim Myanmar yang menjadi korban cukup besar. Laporan yang mereka terima menyebutkan, ada sekitar 6.000 ummat Islam yang tewas dan 10 ribu lainnya menjadi pengungsi di Myanmar yang menjadi korban bencana Nargis yang terjadi 2 Mei lalu.

"Kita belum dapat mengkonfirmasi data awal tersebut. Namun berdasarkan informasi dari tim jaringan relawan DD di sana, jumlahnya memang banyak. Jika sudah bisa masuk ke sana, Insya Allah kita bisa mendistribusikan bantuan yang lebih banyak," kata Sunaryo.

No comments: