Monday, January 07, 2008

Mengejar Arus Liar





Rabu, dini hari pukul 01.00 WIB, 26 Desember 2007, banjir meluap dari sejumlah sungai di Karanganyar, Jawa Tengah. Derasnya air itu, diikuti tanah longsor yang menggerus Desa Ledoksari, Tawangmangu. Kejadian ini, belum menelan korban jiwa. Warga dusun, secara gotong royog masih sempat membersihkan longsoran. Baru, pada pukul 03.00 WIB, listrik di desa itu mendadak padam.

Selang 30 menit, tiba-tiba tebing setinggi 200 meter longsor. Tak pelak, 13 rumah yang berada di bawah tebing itu tertimbun tanah. Lebih dari 37 orang yang berada di lokasi itu, ikut terkubur. Kejadian mengenaskan ini pun, mengawali rentetan dampak banjir yang terus meluas, di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dengan bantuan relawan kemanusiaan dari Corps Dakwah Pedesaan (CDP) dan Relawan Pundong, Jogja, pada Rabu pagi, (26/12), Disaster Management Unit (DMU) Dompet Dhuafa, mulai membantu proses evakuasi korban. Pada hari yang sama, Trenggalek dan Ponorogo, kebanjiran. Tim pun dipecah dua, untuk turut memberikan bantuan kemanusiaan di Jawa Timur.

Selain membantu evakuasi, DMU DD dalam tempo cepat, menghidupkan kembali saluran air bersih yang hancur oleh longsor. DMU DD memasang pipanisasi air bersih sepanjang 600 meter. Saluran air bersih itu, menghidupkan kembali denyut kehidupan di tiga RT yang berada di Desa Legoksari. Selama empat hari tim beraksi, untuk kemudian merapat ke Solo dan Ngawi, Jawa Timur.

Di Solo, tim di koordinir oleh Faisol. Pasca darurat dan air surut, kerjabakti untuk membersihkan masjid dan sarana umum dilakukan. Puncaknya, Rabu (2/1), anak-anak korban banjir diajak melukis bersama. “Walah anak-anak semua gambar banjir”, tandas Faisol yang mulai tampak pucat kelelahan.

Pada 28 Desember 2007, Iman Surahman Korlap DMU, membawa pasukan penuh ke Ngawi. Menempati posko utama di depan alun-alun Ngawi, DMU DD membantu logistik dan medis dari Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC). Terdapat 6 titik posko satelit yang menyuplai kebutuhan logistik bagi korban banjir di Ngawi. Aksi tanggap darurat baru ditutup, Rabu (2/1). Menyusul berikutnya, persiapan recovery pendidikan.

Seiring banjir Ngawi surut, DMU DD mengejar arus banjir yang meluap ke Bojonegoro. Jelang tahun baru, Bojonegoro sepertiganya jadi lautan. Bantuan logistik dan medis menyebar di 4 kecamatan dan 18 Desa. Itu pun tetap tak cukup. Belum sepadan dengan jumlah korban banjir yang mencapai ribuan. Bantuan pun menyebar hingga di Suko dan Rengel, Tuban dan Kali Tidu.

Luasnya banjir dan korban, membuat LKC beberapa kali harus tugar ganti relawan dokter. Kamis kemarin, dengan menggunakan perahu, medis LKC, melakukan pengobatan jemput bola ke rumah-rumah penduduk yang terendam banjir. pengobatan terapung ini menjangkau dua desa di Dander, Bojonegoro. Laporan medis menunjukkan, mereka yang bertahan di atap-atap rumah sejak sepekan ini mulai menurun kesehatannya.

Dengan semangat yang tersisa, hari ini, Jumat, tim mengejar arus liar ke Lamongan. Kemudian, akan bermuara di pantai Gresik. Luapan Bengawan Solo, benar-benar berpacu amat cepat dan menerjang ribuan korban. Lahan pertanian hancur total, tinggal jejak-jejak Lumpur.

Di Lamongan, banjir menyapa relawan DMU DD dengan ramah. “Hai bos, perasaan kemarin kita bersalaman di Solo dan Ngawi ya. Sampai juga kalian kemari”, ledek banjir terkekeh.

“Katrok! Kowe!”, gerutu Iman Surahman masgul, menirukan Tukul. Tapi dalam hati.

No comments: