Friday, December 22, 2006

Nilai Kemanusiaan Dalam Kurban

Dua hari raya kurban, hadir dua kali dalam tahun 2006 ini. Yang pertama pada awal Januari. Kedua pada 31 Desember nanti. Kedua-duanya berdekatan dengan awal tahun baru yang kerap dirayakan besar-besaran oleh penduduk dunia. Tahun ini, Idul Kurban mengawali dan mengakhiri. Sekaligus menjadi saksi perubahan ekonomi rakyat dalam kurun setahun.

Meski tiap kotbah Idul Adha menyeru kurban sebagai semangat pengorbanan, rasanya belum banyak membekas di sebagian pemimpin kita. Pengorbanan pemimpin pada rakyatnya, masih jauh. Pengorbanan wakil rakyat pada rakyatnya baru sebatas komentar. Gaji dan standar hidup mereka bertambah naik. Bedanya, langit sama bumi dengan kondisi rakyat jelata yang hari-hari makin sulit hidupnya.

Kenyataan yang menyedihkan, pengorbanan pada bangsa dan negara menjadi wajib bagi rakyat kecil. Harga beras melonjak, tak boleh rakyat berontak. Minyak tanah langka, himbauannya tetaplah sabar. Para pemimpin seakan gemar melihat jerit tangis dan antrean ketimbang menatap rakyat damai dan sejahtera. Ratusan milyar untuk menyambut George W Bush adalah pengorbanan rakyat terbesar tahun ini. Pengorbanan yang dipaksakan.

Akhir tahun ini, sudikah semua pihak menginstropeksi diri. Pemimpin menyesali kekhilafannya dan merancang tatanan serta kebijakan yang berpihak pada rakyat 2007 nanti. Dengan mengambil semangat Idul Kurban. Mengawali pengorbanan untuk rakyat pada bulan akbar Zulhijjah.

Bulan yang dalam literatur keagamaan disebut sebagai bulan istimewa karena di dalamnya ada hari yang disebut dengan 'aid al-akbar (hari raya besar). Paling tidak ada dua keistimewaan bulan Zulhijjah ini. Pertama, pada bulan inilah Allah SWT mewajibkan ibadah Haji ke Baitullah bagi hambanya yang memiliki kesanggupan (istitia'ah) baik dari sisi rohani, jasmani, keamanan dan finansial.

Kedua, pada bulan ini pula Allah SWT mensyari'atkan penyembelihan hewan kurban sebagai media-sarana mendekatkan (taqarrub) diri kepada Allah SWT. Yang menarik adalah kedua peristiwa besar ini dilakoni oleh seorang hamba Allah terpilih, yang berhasil memainkan peran historisnya untuk membangun diri, keluarga, masyarakat dalam bingkai tauhid. Atas dasar ini pula Ibrahim diberi gelar sebagai khalilullah.

Syariat kurban pun terwarisi sampai hari ini sebagaimana al Quran menyatakan, “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka … (Qs. 22:34).

Kurban menuntut keikhlasan manusia mengorbankan dan menghempaskan jauh-jauh sifat egoisme, mementingkan diri sendiri, dan serakah yang ditandai dengan kecintaan berlebihan kepada keluarga, harta, serta kedudukan. Dalam salah satu intisarinya, kurban adalah simbol penyerahan diri secara total seorang hamba kepada kekuasaan Allah SWT.

Pada sisi lain, ibadah kurban sekaligus menjadi wahana pendidikan rohani yang meniscayakan pentingnya mewujudkan persaudaraan dan keadilan sosial. Perintah kurban bagi si kaya, dan membagi dagingnya untuk si miskin. Hal ini dapat mencerminkan wasiat penting ajaran Islam, bahwa Anda bisa dekat dengan Tuhan hanya ketika Anda dapat dekat erat dengan saudara, tetangga, dan orang-orang dhuafa.

Demikian dahsyatnya kurban jika dimaknai lebih dalam ke ceruknya. Diharapkan dengan sikap ini orang-orang yang beriman mau lebih banyak berkurban untuk kemaslahatan umat dan bangsa serta syiar Islam. Baik dengan harta benda, pikiran, ilmu pengetahuan, jabatan, kekuasaan bahkan dengan jiwa-raga. Sebab hanya dengan kesediaan berkurban inilah nilai-nilai yang baik dan makruf akan tegak, serta nilai dan perilaku yang mungkar dan merusak akan hancur.

Sementara bagi Baznas – Dompet Dhuafa, kurban dua kali setahun ini menjadi moment penting dalam memberdayakan peternak dhuafa. Kini bukan sekadar hewan kurban yang didistribusikan THK ke pelosok negeri, melainkan ada distribusi ekonomi yang menyertainya. Para peternak gurem binaan Kampoeng Ternak tengah menanti panen rayanya.

Melihat jumlah ternak dan nilai uang yang mampu dihimpun selama proses THK, Menteri Pertanian, Anton Apriantono melihat program ini wujud nyata dalam memajukan peternakan rakyat.

Program THK (Tebar Hewan Kurban) Dompet Dhuafa memiliki peran dan prospek strategis dalam memajukan peternakan rakyat. Melalui penyadaran yang terus-menerus, jumlah kurban dan pekurban Dompet Dhuafa cenderung terus meningkat. Ini menjadi pasar tahunan bagi peternak tradisional”, tulis Anton dalam pengantarnya di Majalah THK.

“Tidak berhenti sebatas menyuplai keperluan kurban, THK DD juga mengembangkan peternakan secara serius, melalui Program Kampoeng Ternak. Ini sebenarnya merupakan mata rantai industrialisasi peternakan”, tambahnya.

Perhelatan akbar yang sebentar lagi menjelang mestinya mampu mencerahkan kita. Terutama para pemimpin agar terjernihkan batinnya dalam mengurus rakyat. Memihak sampai titik nadir, agar kelak di akhirat jelas tanggung jawabnya. Bagi masyarakat, kurban tahun ini dihadapkan pada dua pilihan. Libur akhir tahun untuk menjelang tahun baru, atau memanfaatkan dana yang ada untuk menunaikan kurbannya.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang memiliki keleluasaan lalu tidak mau menyembelih hewan kurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” Wallahu’alam.

No comments: